Gen Z

Fenomena Digital Detox di Kalangan Gen Z Indonesia, Tren Gaya Hidup Sehat 2025

Lifestyle

Fenomena Digital Detox di Kalangan Gen Z Indonesia, Tren Gaya Hidup Sehat 2025

Di tengah derasnya arus informasi dan aktivitas digital, Gen Z Indonesia mulai mengadopsi kebiasaan baru: digital detox. Fenomena ini merujuk pada keputusan sadar untuk mengurangi atau menghentikan sementara penggunaan perangkat digital, terutama media sosial, demi menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup.

Tren ini makin populer pada 2025 seiring meningkatnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan gawai berlebihan. Banyak anak muda merasa waktu mereka habis untuk scroll media sosial tanpa tujuan jelas, yang berujung pada kelelahan mental, kecemasan, bahkan gangguan tidur.

Kegiatan digital detox bervariasi, mulai dari satu hari tanpa ponsel, akhir pekan bebas media sosial, hingga retreat khusus di alam yang melarang penggunaan perangkat digital sama sekali.


Latar Belakang Munculnya Tren Digital Detox

Tren digital detox tidak muncul secara tiba-tiba. Dalam beberapa tahun terakhir, riset kesehatan mental menunjukkan adanya peningkatan kasus burnout digital, terutama di kalangan generasi muda yang tumbuh di era internet. Gen Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, merupakan generasi pertama yang sepenuhnya hidup dengan media sosial sejak remaja.

Paparan informasi yang terlalu intens membuat otak bekerja tanpa henti memproses data, mulai dari berita, hiburan, hingga interaksi sosial online. Akibatnya, banyak anak muda merasa lelah meskipun secara fisik tidak melakukan aktivitas berat. Fenomena ini dikenal sebagai digital fatigue.

Selain faktor kesehatan mental, dorongan untuk melakukan digital detox juga datang dari keinginan untuk memiliki kehidupan yang lebih seimbang. Dengan mengurangi waktu layar, Gen Z berharap bisa lebih fokus pada hubungan nyata, hobi, dan kegiatan fisik yang bermanfaat bagi kesehatan.


Manfaat Digital Detox bagi Kesehatan Mental

Salah satu manfaat paling signifikan dari digital detox adalah menurunnya tingkat stres dan kecemasan. Banyak penelitian membuktikan bahwa mengurangi waktu layar, terutama di media sosial, dapat mengurangi tekanan sosial yang muncul akibat perbandingan diri dengan orang lain (social comparison).

Selain itu, kualitas tidur juga membaik. Cahaya biru dari layar ponsel dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Dengan membatasi penggunaan gawai sebelum tidur, tubuh memiliki waktu untuk beristirahat secara alami.

Digital detox juga meningkatkan produktivitas. Tanpa gangguan notifikasi dan scrolling tak berujung, seseorang dapat fokus menyelesaikan pekerjaan atau belajar dengan lebih efisien. Hal ini sangat relevan bagi Gen Z yang banyak berkegiatan di dunia akademis maupun dunia kerja.


Metode dan Bentuk Digital Detox yang Populer

Bentuk digital detox bervariasi sesuai kebutuhan dan gaya hidup individu. Salah satu metode paling populer adalah screen-free weekends, di mana seseorang menghindari penggunaan gawai selama akhir pekan. Tujuannya untuk memberikan jeda bagi otak dan tubuh dari aktivitas digital intensif.

Ada pula metode scheduled detox, yaitu menetapkan jam-jam tertentu setiap hari untuk tidak menggunakan perangkat digital, misalnya satu jam setelah bangun tidur dan satu jam sebelum tidur. Metode ini membantu membentuk kebiasaan sehat secara konsisten.

Bagi yang ingin pengalaman lebih ekstrem, ada digital detox retreat yang menawarkan paket liburan tanpa akses internet sama sekali. Biasanya, kegiatan ini diisi dengan aktivitas seperti yoga, meditasi, dan eksplorasi alam.


Tantangan dalam Melakukan Digital Detox

Meski manfaatnya banyak, menjalani digital detox tidak selalu mudah. Tantangan pertama adalah rasa FOMO (Fear of Missing Out), yakni kekhawatiran akan ketinggalan informasi atau momen penting saat tidak menggunakan media sosial.

Tantangan kedua adalah kebutuhan kerja atau sekolah yang mengharuskan penggunaan perangkat digital. Banyak Gen Z yang mengandalkan internet untuk mengerjakan tugas, bekerja, atau berkomunikasi, sehingga sulit benar-benar memutuskan koneksi.

Selain itu, dorongan untuk kembali menggunakan ponsel sering kali datang dari kebiasaan yang sudah tertanam lama. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi bertahap dan disiplin yang kuat.


Dukungan Komunitas dan Program Digital Wellbeing

Banyak komunitas kini menyediakan dukungan bagi mereka yang ingin menjalani digital detox. Di Indonesia, komunitas digital wellbeing tumbuh pesat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Mereka mengadakan workshop, diskusi, dan tantangan digital detox secara kolektif.

Platform teknologi juga mulai ikut berperan. Fitur seperti screen time tracker, focus mode, dan pengingat waktu layar kini tersedia di hampir semua ponsel pintar. Fitur ini membantu pengguna memantau dan mengatur penggunaan perangkat mereka.

Selain itu, beberapa perusahaan bahkan memasukkan program digital detox dalam agenda employee wellbeing mereka. Tujuannya adalah menjaga kesehatan mental karyawan dan meningkatkan produktivitas kerja.


Dampak Jangka Panjang Tren Digital Detox

Jika tren digital detox terus berkembang, dampaknya bisa meluas ke berbagai aspek kehidupan. Dari sisi kesehatan masyarakat, angka kasus stres dan gangguan tidur dapat menurun. Dari sisi sosial, interaksi tatap muka bisa meningkat, memperkuat hubungan personal yang berkualitas.

Di tingkat industri, tren ini bisa memengaruhi cara perusahaan teknologi merancang produk mereka. Tekanan publik untuk menciptakan aplikasi yang lebih ramah terhadap kesehatan mental dapat memicu inovasi positif, seperti desain antarmuka yang mengurangi adiksi.

Bagi Gen Z sendiri, kebiasaan digital detox dapat menjadi fondasi gaya hidup yang lebih sehat dan seimbang. Generasi ini akan tumbuh dengan kesadaran bahwa teknologi adalah alat, bukan pusat kehidupan.


Kesimpulan

Fenomena digital detox di kalangan Gen Z Indonesia pada 2025 adalah respons alami terhadap kelelahan digital yang semakin meluas. Dengan manfaat yang jelas bagi kesehatan mental, produktivitas, dan kualitas hidup, tren ini layak dipertahankan dan diperluas.

Meskipun tantangannya nyata, dukungan komunitas, fitur teknologi, dan kesadaran individu dapat membantu membuat digital detox menjadi kebiasaan jangka panjang. Bagi Gen Z, ini adalah langkah penting untuk mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya.


Referensi